PROFIL DAN SEJARAH LANUD SRI MULYONO HERLAMBANG

Home PROFIL DAN SEJARAH LANUD SRI MULYONO HERLAMBANG
by pustas

PROFIL DAN SEJARAH LANUD SRI MULYONO HERLAMBANG

LANUD SRI MULYONO HERLAMBANG

TALANG BETUTU

Pada masa pendudukan Jepang, Talang Betutu dijadikan tempat pendidikan kemiliteran Gyugun untuk Angkatan Udara (Gyugun Penerbangan). Pengertian Gyugun penerbangan disini bukan pendidikan calon penerbang, melainkan pendidikan calon perwira pimpinan Gyugun pengawal lapangan terbang. Gyugun penerbangan untuk pertama kalinya menerima siswanya sekita bulan Mei 1944, setelah menjalani pendidikan selama tiga bulan mereka kemudian dilantik sebagai periwra pada bulan Agustus 1944. Sepuluh siswa calon prajurit Gyugun Penerbangan ini adalah Zainal Abidin Ning, Anwar Arsyad, Dani Effendi, Sidik Umar, Mahyudin, M.Akib, M. Anwar, M. Said, Wahab Sorobu dan Basir. Mereka dimasukan ke asrama Heiho Takei Tai di Talang Betutu. Bertindak sebagai pelatih adalah tiga orang Jepang yaitu Okomotp Syoi, Abe Gunsho dan Sonoda Hei Cho. Selesai melaksanakan pendidikan para siswa tersebut dilantik dan diberi pangkat pada bulan Agustus di lapangan depan masjid Agung Palembang. Bersamaan dengan itu dilantik pimpinan lapangan terbang yang ada di Sumatera. Mereka adalah Gyu Syoi Zainal Abidin dan Gyu Jungi Anwar untuk Lapangan Terbang Talang Betutu, Gyu Syoi M. Sanaf dan Gyu Djungi Hamid untuk Lapangan Terbang Karang Ebdah, Gyu Syoi Djakfar dan Gyu Djungi Zubir untuk Lapangan Terbang Lahat, Gyu Syoi Hutagalung dan Gyu Djungi A. Sikin untuk Lapangan Terbang Manna.


Terbentuknya AURI di Sumatera Selatan
Reorganisasi TKR di Sumatera Selatan telah dilaksanakan secara besar-besaran. Sesuai konferensi yang dilaksanakan di Bukit tinggi, dibentuk komandemen Sumatera Selatan dengan komandannya Kolonel Simbolon.
Sub Komandemen Sumatera Selatan dibagi menjadi dua bagian, antara lain:
1. Divisi I di Tanjung dengan Komandemennya Kolonel Barlian
2. Divisi II di Palembang dengan Komandemennya Kolonel Bambang Utoyo
Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) telah berdiri di Sumatera Selatan yang pada tahun 1946 mempunyai Lapangan Terbang di Branti, Lampung. Pada perkembangannya pada tahunn 1947 dan 1948 dipakai pula Lapangan Karang Endah, Padang Kemiling dan Lapangan Terbang Palmerah di Jambi. Komandan AURI di Sumatera Selatan antara lain Opsir Udara Wiryosaputro yang dibantu oleh Opsir Udara Rasyidi yang terus menerus bertugas sampai pada pemulihan kedaulatan. Dalam tahun 1946 komodor Udara Halim Perdana Kusumah sebagai Komandan AURI di Sumatera Selatan yang berkedudukan di Palembang yang kemudian diganti oleh Komodor Suyono.


Gagasan pembentukan TRI Penerbangan
Pada permulaan tahun 1946 serombongan pelajaran bekas Sekolah Tehnik Tinggi Penerbangan Nanko Buntal Jepang di Shonanto (Singapore), setelah mendapat bimbingan dari DR. A.K. Gani Residen Palembang, kemudian mereka berangkat menghadap Pimpinan Markas Tinggi TRI Penerbangan di Yogyakarta. Maksud kedatangan mereka di Yogyakarta untuk melaporkan situasi dan kondisi nyata di Sumatera Selatan dan gagasan untuk mendirikan TRI Penerbangan di Branti, Lampung dan Sumatera Selatan pada umumnya.

Mereka adalah pemuda Indonesia yang baru selesai mengikuti belajar Sekolah Tehnik di Singapore kembali ke Palembang dan berkeinginan memebentuk Sekolah Penerbangan di tanah air. Setelah mendapatkan arahan dan penjelasan tentang sekolah penerbangan dan sebagainya dari pimpinan AURI di Yogyakarta, ketika itu pula mereka direkrut masuk TRI penerbangan dan baru diijinkan kembali setelah selesai pendidikan di Yogyakarta.
Para pemuda yang menjadi anggota TRI penerbangan tersebut antara lain adalah:
1. S.Soekono sebagai ketua rombongan
2. Djajoesadi sebagai Wakil ketua rombongan I
3. Moenadji Prabang Buntoro sebagai Wakil ketua rombongan II
4. Moeljanto sebagai anggota
5. Agoesman sebagai anggota
6. Kadie sebagai anggota
7. Soejadi sebagai anggota
8. Joeswo sebagai anggota
9. Soemitro sebagai anggota
10. Ashoeri sebagai anggota
11. Soemarto sebagai anggota
12. Soediono sebagai anggota
13. Kasman sebagai anggota
14. Soekardi sebagai anggota
15. Margono sebagai anggota.

Dengan demikian gagasan mereka mengenai pembentukan TKR Pnerbangan di Sumatera telah mendapat restu dari pimpinan Markas Tertinggi TKR Penerbangan Yogyakarta yang telah lama menginginkan terbentuknya TKR Penerbangan di Jawa.


Pembentukan Markas Penerbangan di Sumatera
Pada pertengahan bulan maret 1946 rombongan pemuda Sumatera telah mendarat dengan selamat dari sebuah kapal layar di Lampung dari Yogyakarta. Sebagai anggota TRI yang baru tiba dari Jawa mreka melaporkan diri kepada penguasa militer dan sipil, dan mendapat sambutan baik oleh pimpinan setempat. Tetapi masalah penerbangan itu merupakan hal yang baru di Sumatera, maka disarankan permasalahan yang ada dilaporkan dan dibicarakan kepada pimpinan Tentara Komandemen Sumatera yang baru saja terbentuk dan berkedudukan di Bukittinggi, Sumatera Barat. Setelah mendapat pengarahan pemerintahan setempat di Palembang, para wakil rombongan yang terdiri Soekana, Djajoesadi dan Soekardi berangkat menuju Bukittinggi, sedangkan para anggota yang lainnya diserahi tugas untuk mempersiapkan lapangan terbang di Branti/Lampung di Bawah pimpinan Moenadji Prabang Buntoro. Pada bulan Maret 1946 mereka telah menghadap Panglima Tentara Komandemen Sumatera, Mayor Jenderal Soeharjo Harjowardoyo di Bukittinggi. Dari pembicaraannya mengenai rencana membentuk TKR Penerbangan di Sumatera, para perwakilan mendapat ijin untuk membentuk Pangkalan di kedua ujung Pulau Sumatera.

Karena pertimbangan sesuatu hal dan faktor keamanan yang semula disetujui pangkalan di Lho’nga dipindah ke Blang Bintang dan Saudara Djajoesadi ditujuk sebagai komandan Pangkalannya. Sedangkan saudara Soekana kembali ke Sumatera Selatan untuk menyelesaikan pembentukan Markas TRI Penerbangan di Sumatera Selatan . dengan demikian pada saat itu ada dua pangkalan udara di Sumatera Selatan. Dengan demikian pada saat itu ada dua pangkalan udara di Sumatera yaitu pangkalan udara Branti di bagian selatan dan pangkalan udara Blang Bintang di Sumatera bagian Utara.
Pangkalan-pangkalan udara lainnya yang ada di Sumatera Selatan antara lain :
a. Pangkalan Udara Bengkulu dengan saudara Hapsoro Soebagyo sebagai komandan pangkalan
b. Pangkalan Udara Ketiau dengan saudara Mulyanto sebagai komandan Pangkalan
c. Pangkalan Udara Pekanbaru dengan saudara Haryono sebagai komandan Pangkalan
d. Pangkalan Udara Branti dengan saudara Kadie sebagai Komandan Pangkalan.
Setelah selesai pembentukan markas TKR Penerbangan di Sumatera, maka dikirimlah saudara Moenadji dan Joeswo pergi ke Jawa untuk membawa laporan-laporan kepada Pimpinan Markas Tertinggi TRI di Yogyakarta.

Pendaratan Pesawat Pertama di Pangkalan Udara Branti
Setelah berhasil membentuk markas-markas penerbangan di Sumatera, saudara Soekana pergi ke Yogyakarta untuk melaporkan hasilnya kepada Pimpinan AURI, Setelah menerima laporan dan penjelasan terperinci tentang pelaksanaan di Sumatera, maka Kasau Komodor Udara RM Soerya Dharma ingin menyaksikan sendiri keadaan di Sumatera. Peninjauan oleh Kasau ke Sumatera sekaligus dengan mengadakan Cross Country yang dilaksanakan pada bulan Juni 1946 dengan route Maguwo-Cibeureun –Gorda-Branti. Saudara Soekana sendiri ikut dalam mission tersebut menuju Sumatera.
Cross Country terdiri dari 4 pesawat Cureng, sebuah Nisikoreng dan Cukiu, adapun para penerbangnya antara lain:
a. Bapak Adisutjipto
b. Bapak Iswahyudi
c. Bapak Wim Prajitno
d. Bapak Santoso
e. Bapak Tarsono Rutjito
f. Bapak Wirjo saputro
Dengan para teknisi antara lain :
a. Saudara Jacob
b. Saudara Soeharto
c. Saudara Djunaidi
Keesokan harinya penerbangan Cross Country meneruskan perjalanannya menuju Branti, kecuali sebuah pesawat yang karena mengalami kerusakan motor sehingga menunggu untuk diperbaiki hingga selesai. Setibanya di Lapangan Udara Branti, Kasau beserta rombongan Cross Country disambut oleh pejabat militer dan Sipil serta masyarakat Sumatera Selatan dengan antusias dan senang hati. Pesawat-pesaat tersebut yang datang untuk pertama kalinya di Sumatera berbendera merah putih yang ternyata dikemudikan oleh putra-putra bangsa sendiri. Keadaan yang demikian itu sangat menggembirakan masyarakat Sumsel dan semakin mempertebal keyakinan dalam menguasai angkasa. Pada hari berikutnya sebelum meneruskan Cross Country, terlebih dahulu dilaksanakan Joy Flight untuk para pejabat Militer dan Sipil di Branti. Sebelum melanjutkan misi penerbangannya, Kasau Komodor Udara Surya Dharma kepada wakil AURI untuk daerah Sumatera, terutama kepada saudara Soekana agar membuka Pangkalan Udara baru dan kantor-kantor Meteorology di Lampung, Palembang, Jambi, Aceh serta merekrut pemuda-pemuda setempat untuk dijadikan personil Angkatan Udara Republik Indonesia.

Pada akhir tahun 1964 Komodor Udara Halim Perdana Kusumah dan Opsir Udara Wiryo Saputro tanpa pemberitahuan sebelumnya telah mendaratkan pesawatnya dilapangan udara Branti, Lampung dan selanjutnya melanjutkan penerbangan ke Ketiau yang baru saja dipersiapkan oleh saudara Moeljanto sekitar 100 Km arah Baratdaya kota Palembang sekarang. Dalam lawatannya di Sumatera Selatan, Komodor Udara Halim Perdana Kusumah memanggil saudara Soekana di Palembang utnuk diberi penjelasan lebih lanjut mengenai rencana Pembentukan AURI di Sumatera. Dan sebelum Komodor Udara Halim Perdana Kusumah kembali ke Jawa, Soekana dan Jacob masing-masing diangkat menjadi wakil neliau bidang administrasi dan teknik. Disamping pengangkatannya, saudara Soekana diperintahkan memindahkan pangkalan udara Branti, Lampung ke Palembang. Pemindahan tersebut dilaksanakan dan selesai pada bulan Oktober 1946, markas komandonya berada di Talang Jawa. Setelah pangkalan udara berada di Palembang, direncanakan ada rapat dari pada para komandan Pangkalan di Palembang pada akhir Desember 1946. Sambil mnunggu berkumpulnya para Komandan Pangkalan di Palembang, Soekana dengan bantuan Panglima Divisi II (KOLONEL Bambang Oetoyo) dapat membebaskan lapangan udara karang Endah dari tangan Jepang, dimana Jepang sendiri pada saat itu sedang menunggu di Tanjung Karang dalam penantian keberangkatan ke negeri Sakura. Pada bulan Januari 1947 terjadilah pertempuran sengit dikota Palembang antara tentara Belanda melawan TNI beserta Badan-Badan Perjuangan Bersenjata lainnya yang mengakibatkan pihak RI harus mengosongkan kota Palembang sejauh 20 Km. akibat pertempuran hebat tersebut memaksa pemeritahan sipil enyingkir ke Prabumulih dan Militer pindah ke Karang Endah arah Barat daya kota Palembang. Berpindahnya Markas AURI dari Palembang ke Karang Endah hanya dengan membawa bekal seadanya, karena terdadak oleh serangan Belanda sehingga pembekalan masih banyak yang tertinggal di Palembang. Dengan pembekalan yang sangat minim, Soekana berangkat ke Tanjung Karang untuk mencari bahan makanan, tidak lama kemudian sebuah pesawat Dakota C-47 mendarat di Karang Endah dan menurunkan beberapa personil angkatan udara antara lain, Opsir Udara Wiryo Saputro, Opsir Udara Hupudio, Opsir Udara Santoso dll.

Opsir Udara Rasidi yang datang dari pangkalan udara Gorda Jawa Barat,membawa dan memperlihatkan Surat perintahnya dari markas tertinggi AURI di Yogyakarta kepada saudara Soekana, menyatakan baha Rasidi telah diangkat sebagai Komandan AURI untuk Sumatera Selatan.
Masih menurut keterangannya bahwa ada 4 orang yang diangkat menjadi Komandan Pangkalan di Sumatera Selatan. Mendengar berita seperti itu, Soekana berangkat menuju Yogyakarta untuk menanyakan kebenarannya, karena dianggap ada kekeliruan dalam administrasi pengangkatan yang dilakukan pihak markas tertinggi AURI di Yogyakarta.

Sebelum segala sesuatunya dapat terselesaikan, pada tanggal 21 Juli 1947 Belanda mengadakan serangan kembali yang terkenal dengan Agresi Belanda I. Pada masa ini Belanda menyerang Karang endah baik darat maupun dari udara, sehingga pihak TKR mengalami banyak kerugian yang cukup besar. Tank=tank Belanda menyerang Prabumulih dan sekitarya, sedang pesawat P-51 dan B-25 menyerang Karang endah sehingga markas Komando AURI di Karang endah menjadi Berantakan. Para perwira dan lainnya segera meninggalkan Karang Endah menuju Jawa dan Tanjung karang sebelum Belanda memasuki Pangkalan lewat darat yang dikawal dengan tank-tanknya. Pimpinan AURI yang sedang berada di Karang endah adalah saudara Djajoesadi yang sedianya akan mengikuti rapat para Komandan Pangkalan di Palembang. Karena kondisi yang kacau balau saat itu sehingga Djajoesadi meninggalkan Karang endah dan bergabung dengan saruan-satuan Divisi Angkatan Darat menuju Lahat dan Lubuk linggau.


PANGKALAN TNI AU PALEMBANG

Pada tanggal 26 April 1950 berlangsung upacara penyerahan pesawat udara (TWAALFDE VLIEGBASIS dan VARWA) yang berpangkalan di Talang Betutu beserta personilnya dari Angkatan Udara Belanda kepada AURIS. Serah terima itu dihadiri oleh pejabat sipil dan militer diantaranya terdapat komandan M.L,Kapten J.B.H Bruiner dan Komandan AURIS Mayor Sujono, Komandan TRIS Sumatera Selatan Mayor Hasan Kasim, Komandan pasukan Belanda Letkol J.H.J Bredgen dan dua orang wakil UNCI,Upacara disertai defile dua peleton AURIS yang baru. Dengan demikian lapangan terbang Talang Betutu menjadi salah satu pangkalan udara dalam jajaran AURIS. Pada Tanggal 09 November 2016, Laksda TNI (Purn) Sri Mulyono Herlambang sebagai Kepala Staf Angkatan Udara yang Ke 3, dijadikan nama Pangkalan Udara Palembang menjadi Pangkalan Udara Sri Mulyono Herlambang. Yang diresmikan oleh Pangkoopsau I Marsekal Muda TNI Yuyu Sutisna, S.E., M.M. sekaligus dihadiri oleh ahli waris Laksda TNI (Purn) Sri Mulyono Herlambang. Acara peresmian tersebut di saksikan juga oleh Gubernur Sumatera Selatan, Pangdam II Sriwijaya, Kapolda Sumsel, Walikota Palembang, Danlanal Palembang dan Porkopinda Sumatera Selatan.